Why the Bitcoin revolution has already won

Bitcoin has passed a significant message on to the world since its origin. It is the message of freedom from degenerate states and monetary delegates. Bitcoin is free discourse kept in each block and…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Beratapkan Rembulan

[Excerpt, created in January 2021]

Di tengah pelik dan penatnya kehidupan, kamu datang ke kami bagai sinar di tengah kegelapan.

Kami berdua termenung di depan WC — memang bukan tempat paling syahdu untuk sama-sama merenung — dengan sebuah benda batangan di genggaman, memuat hasil yang tak pernah kami perkirakan.

Dua garis biru.

Permasalahannya bukanlah fakta bahwa kami masih terlalu muda atau kami tidak mau punya anak. Permasalahannya jauh di luar itu dan aku tidak berani memikirkan kemungkinan di luar kotak nalar berpikirku yang kini sudah menciut karena kabar mengejutkan ini.

Rosie di sampingku masih termenung kehabisan kata. Lampu di atas kami kedap-kedip tak karuan.

Ini akan jadi malam yang panjang, pikirku.

“Kita harus apa?” tanya Rosie akhirnya, memecah keheningan.

Pertama kalinya dalam hidupku, aku tidak tahu mau membalas apa. Aneh sekali, tiba-tiba senjataku yang paling kubangga-banggakan tidak mampu melontarkan peluru terbaiknya. Kata-kata, janji, candaan, dan gombalan-gombalan manis yang menjadi modalku untuk membahagiakan Rosie seakan-akan terdengar seperti omong kosong di saat seperti ini.

Buntu. Sunyi. Mencekam.

Aku tidak bisa memberikan Rosie masa depan yang cerah. Aku juga tidak bisa meyakinkan Rosie dengan janji-janjiku. Aku pun benci bahwa di saat seperti ini, candaanku tidak mampu membuatnya tersenyum.

Kami tidak pernah sebelumnya benar-benar berada di situasi diam-canggung-tak-tahu-mau-berbalas-apa. Ini adalah masa orientasi kami kepada situasi baru yang sepertinya akan normal berbulan-bulan ke depan.

Atau mungkin tidak ada bulan-bulan setelah ini.

“Tam, kita harus keluar dari masalah ini,” tuntut Rosie, suaranya ketus.

“Aku harus bilang apa ke Mama? Aku bisa diusir dari rumah. Karier aku hancur, Tam. Kita gak punya masa depan. Semuanya tinggal puing-puing harapan, ga bisa disusun lagi!”

Semuanya menjadi begitu intens dan menakutkan. Rosie bukan lagi Rosie periang yang kukenal. Bukan Rosie yang cantik, manis, dan tutur katanya lembut. Dia sekarang Rosie yang gusar dan putus asa, semua karena aku.

Sisa malam tersebut dipenuhi dengan isakan Rosie. Semenit setelah menuntut kembali masa depannya yang sudah kurenggut demi kesenanganku yang sementara, ia mulai menjambak rambutnya, mengutuk ketidakadilan dunia, dan melempar barang-barang dengan histeris. Kemudian ia terduduk di lantai, masih terisak. Aku memeluknya, berharap itu membantu. Ia kemudian mengalungkan tangannya di pundakku, lalu kami tidur bersama di ruang tamu.

Di sebuah kontrakan kecil, kami mencetak sejarah. Mungkin bagi kami, sejarah hancurnya mimpi-mimpi kami. Mungkin bagi dia, sejarah kehidupannya. Aku memeluk Rosie erat, menggumam maaf sambil menangis. Di tengah kaburnya pandanganku, sebuah cahaya kecil tampak menyeruak di antara sela-sela atap kontrakan yang bocor. Aku tersenyum kecil, menyampaikan terima kasih ku kepada Tuhan karena di tengah peliknya hidup kami, Ia masih Baik. Rembulan yang indah titip salam untuk kami agar tidak bersedih hati.

Aku terlelap, memeluk Rosie lebih erat. Di bawah rumah beratapkan rembulan, kami memimpikan harapan — bekal kami menghadapi masa depan yang masih menggantung di angan-angan.

Add a comment

Related posts:

Mystery Man x Skeleton Crew Charity Auction

The Mystery Man team is proud to announce that we have teamed up with the Skeleton Crew project to direct a curated collection of NFT’s to be auctioned for charity! All auction contributions will be…

From Boston to Mohali!

From Boston to Mohali!. With a passion for creating distinctive spaces through experimentation, modern construction and an analytical approach, Studio Ardete’s.

The Wait

Join the man on the adventure that may seem plain on the surface but will reveal truths only the true lies of fiction can.